Wednesday, May 30, 2012

Inspiring Marina

Dear My Trusted Companions,

I read about the demise of Ms. Marina Keegan, a Yale graduate who died in a tragic car accident last weekend. She penned this piece just days before she passed away:


We don’t have a word for the opposite of loneliness, but if we did, I could say that’s what I want in life. What I’m grateful and thankful to have found at Yale, and what I’m scared of losing when we wake up tomorrow and leave this place.

It’s not quite love and it’s not quite community; it’s just this feeling that there are people, an abundance of people, who are in this together. Who are on your team. When the check is paid and you stay at the table. When it’s four a.m. and no one goes to bed. That night with the guitar. That night we can’t remember. That time we did, we went, we saw, we laughed, we felt. The hats.

Yale is full of tiny circles we pull around ourselves. A cappella groups, sports teams, houses, societies, clubs. These tiny groups that make us feel loved and safe and part of something even on our loneliest nights when we stumble home to our computers — partner-less, tired, awake. We won’t have those next year. We won’t live on the same block as all our friends. We won’t have a bunch of group-texts.

This scares me. More than finding the right job or city or spouse – I’m scared of losing this web we’re in. This elusive, indefinable, opposite of loneliness. This feeling I feel right now.
But let us get one thing straight: the best years of our lives are not behind us. They’re part of us and they are set for repetition as we grow up and move to New York and away from New York and wish we did or didn’t live in New York. I plan on having parties when I’m 30. I plan on having fun when I’m old. Any notion of THE BEST years comes from clichéd “should haves...” “if I’d...” “wish I’d...”
Of course, there are things we wished we did: our readings, that boy across the hall. We’re our own hardest critics and it’s easy to let ourselves down. Sleeping too late. Procrastinating. Cutting corners. More than once I’ve looked back on my High School self and thought: how did I do that? How did I work so hard? Our private insecurities follow us and will always follow us.

But the thing is, we’re all like that. Nobody wakes up when they want to. Nobody did all of their reading (except maybe the crazy people who win the prizes…) We have these impossibly high standards and we’ll probably never live up to our perfect fantasies of our future selves. But I feel like that’s okay.

We’re so young. We’re so young. We’re twenty-two years old. We have so much time. There’s this sentiment I sometimes sense, creeping in our collective conscious as we lay alone after a party, or pack up our books when we give in and go out – that it is somehow too late. That others are somehow ahead. More accomplished, more specialized. More on the path to somehow saving the world, somehow creating or inventing or improving. That it’s too late now to BEGIN a beginning and we must settle for continuance, for commencement.

When we came to Yale, there was this sense of possibility. This immense and indefinable potential energy – and it’s easy to feel like that’s slipped away. We never had to choose and suddenly we’ve had to. Some of us have focused ourselves. Some of us know exactly what we want and are on the path to get it; already going to med school, working at the perfect NGO, doing research. To you I say both congratulations and you suck.

For most of us, however, we’re somewhat lost in this sea of liberal arts. Not quite sure what road we’re on and whether we should have taken it. If only I had majored in biology…if only I’d gotten involved in journalism as a freshman…if only I’d thought to apply for this or for that…

What we have to remember is that we can still do anything. We can change our minds. We can start over. Get a post-bac or try writing for the first time. The notion that it’s too late to do anything is comical. It’s hilarious. We’re graduating college. We’re so young. We can’t, we MUST not lose this sense of possibility because in the end, it’s all we have.

In the heart of a winter Friday night my freshman year, I was dazed and confused when I got a call from my friends to meet them at EST EST EST. Dazedly and confusedly, I began trudging to SSS, probably the point on campus farthest away. Remarkably, it wasn’t until I arrived at the door that I questioned how and why exactly my friends were partying in Yale’s administrative building. Of course, they weren’t. But it was cold and my ID somehow worked so I went inside SSS to pull out my phone. It was quiet, the old wood creaking and the snow barely visible outside the stained glass. And I sat down. And I looked up. At this giant room I was in. At this place where thousands of people had sat before me. And alone, at night, in the middle of a New Haven storm, I felt so remarkably, unbelievably safe.

We don’t have a word for the opposite of loneliness, but if we did, I’d say that’s how I feel at Yale. How I feel right now. Here. With all of you. In love, impressed, humbled, scared. And we don’t have to lose that.

We’re in this together, 2012. Let’s make something happen to this world.

How inspiring isn't? She just gave us a sense of hope, that something STILL can be done. And she's just 22 when she wrote this.

Monday, May 28, 2012

Kita dan Hidup

Salam petang teman-teman sekalian,

Semua dari kita pastinya mahukan yang terbaik untuk diri sendiri kan? Saya, sebagai seorang pelajar, mahu lulus dngan cemerlang dalam peperiksaan profesional saya. Seorang gadis, mahukan jejaka tampan yang soleh, yang kaya, yang terhormat sebagai bakal suaminya. Tuan Haji Zul si kontraktor, mahukan tender yang dimasukinya berjaya lantas menjadi kaya raya. Jamal si pegawai, mahukan CEOnya notice kebolehan dirinya lalu memberi kenaikan pangkat lantas menjadikannya seorang pekerja yang cemerlang dan Jamal telahpun berkira-kira tentang masa depannya, kereta barunya, rumah barunya, serta mimpi-mimpi nan indah-indah belaka.

Tapi kan, tak semua benda yang kita impikan di atas akan kita kecapi. Begitulah selalunya, tak semua yang kita nak, kita akan dapat. Itulah lumrah hidup manusia. Saya masih ingat, mengikuti sebuah drama kegemaran saya semasa masih dibangku sekolah dulu berjudul "Life goes on" yang mengisahkan kehidupan sebuah keluarga sederhana di sebuah kota besar Amerika Syarikat. Dalam satu eposid, si ayah menyantuni anak gadis remajanya yang kecewa setelah cintanya dengan seorang pemuda (rakan sekolej) berkecai. Si ayah berkata "Tidak semua perkara yang kita impi, akan kita dapat. Adakalanya tidak tidak akan dapat apa yang kita mahu". Semasa saya kecil, saya sebenarnya tidak faham dengan ayat tersebut. Semasa saya di bangku sekolah, saya fikirkan saya boleh capai apa sahaja yang saya mahu, asalkan saya berusaha keras. Dan saya merasakan skrip drama "kita kadangkala tidak akan dapat apa yang kita nak dalam hidup", begitu mengjengkelkan dan begitu mengganggu dan begitu demotivating. Namun, setelah saya menginjak dewasa, barulah saya sedar dan come to my sense akan erti ayat tersebut.

Setelah saya dewasa, saya dapati manusia punyai keterbatasan dalam kemampuannya. Kita impikan isteri solehah, tapi Tuhan punyai perancangan lain untuk kita. Ya, kita dah tapis, kita dah pilih, kita dah teliti, tapi kita still dapat isteri yang tidak sefikrah, mungkin disebabkan kelalaian diri kita atau sebab-sebab yang lain (takde kaitan dengan my wife). Tapi itulah hakikatnya. Kita manusia punyai keterbatasan. Kadang-kadang kita nak A, tapi Allah bagi B. Kadang-kadang kita nak B, tapi Allah bagi A. Dan kadang-kadang pula, kita nak A, dan ALlah memang bagi A. Ada banyak perkara yang sifat dan kebolehan manusiawi kita punyai batasan. Kita tidak mampu menelah masa hadapan. Kita tak mampu ingati peristiwa 20 tahun yang lalu. Kita tak mampu menghafaz semua peristiwa. Kita tak mampu mengawal sikap manusia lain. Kita tak mampu memaksa manusia lain. Kita tak mampu pastikan kita akan berjaya. Kita tak mampu itu, tak mampu ini. Ada banyak perkara yang berada di luar kekuasaan kita. Akhirnya saya terpaksa mengaku, Kita hanyalah manusia yang lemah.

Dan inilah sebenarnya kehidupan. Kehidupan adalah berani menerima ketentuan Allah untuk kita. Redha dan berlapang dada dengan ketentuan Allah. Kita manusia seringkali keliru terhadap apa yang kita snagka baik untuk diri kita. Kadang-kadang benda yang kita rasa baik untuk diri kita, sebenarnya benda itu adalah tidak baik untuk kita. Dan benda yang kita rasa tidak baik untuk diri kita, sebenarnya benda itulah yang sebenarnya baik untuk diri kita. Mengapa kita keliru? Kerana sememangnya sifat manusia itu terbatas. Sifat fitrah semulajadi manusia adalah terbatas. Dek kerana itulah juga kita kena senantiasa berpegang pada Allah, jangan lupa do'a, jangan lupa mengharap pada rahmatNya. Allah tidak akan meletakkan kita di tempat yang tidak baik untuk kita. Allah sentiasa mahukan yang terbaik untuk kita. Jika di mata kasar, sesuatu perkara itu tidak baik untuk diri kita, sebenarnya benda itulah yang baik untuk kita. Subhanallah. Maha suci Allah.

Friday, May 25, 2012

Revolusi Minda Pendokong Gerakan Islam

Saudara-saudara teman seperjuangan sekalian,

Saya termenung sendirian teringatkan kelakuan cliche seorang pendokong gerakan Islam di Malaysia. Bagaimanakah pandangan anda semua terhadap pendokong Gerakan Islam di Malaysia seperti PAS? Tentunya anda semua akan terpandang seorang anak muda yang berasal dari Tanah Merah, Kelantan, lepasan dari Akademi Islam, Universiti Malaya. Beliau berketayap setiap masa, dan terasing dari dunia realiti semasa. beliau kekok dalam mesyuarat-mesyuarat berbahasa inggeris. Pergi ke Mid Valley dengan memakai ketayap dan merasa sangat kekok sekali dipandang dan dijeling orang sekeliling. Beliau bersifat defensif, inferior, kurang jati diri, dan tiada keyakinan diri. Untuk mempertahankan dirinya, beliau menggubakan hujjah ugama untuk mengatasi sifat inferiority complex yang ada pada dirinya. Beliau kata orang itu salah, orang ini salah dan memberikan hujjah ugama untuk mempertahankan dirinya.

Saya mahu kita semua buang jauh-jauh persepsi sebegini terhadap pendokong Gerakan Islam seperti PAS. saya mahu setiap kali kita berfikir tentang pendokong PAS (atau Gerakan Islam yang lain), kita terbayangkan seorang anak muda yang berpelajaran tinggi, lepasan dari Harvard Business School, bergaji 6 angka sebulan. beliau berketerampilan, boleh sesuaikan diri dengan realiti dunia semasa. Beliau ke Mid Valley dengan begitu bergaya, bahas inggerisnya lancar dan sangat fasih malah tidak menyalahi tatabahasa inggeris seperti kebanyakan orang. Beliau menjadi pemimpin, tegas dalam hal ugama, berpengetahuan dalam bidang ugama, namun pada masa yang sama, menyantuni umat dan bersabar dengan kejahilan umat. beliau senyum, tapi senyumannya penuh dengan kesedaran bahawa umat perlu berubah.

Kebanyakan pendokong Gerakan Islam seperti PAS masih lagi dikuasai oleh perasaan ta'asub keterlaluan. mentang-mentanglah mereka membawa nama "Islam" maka mereka merasakan mereka di pihak yang benar. mereka menuduh pihak lain sebagai kafir, sebagai fasiq tanpa sedikitpun merasakan bertanggungjawab terhadap agenda dakwah. Mereka dikuasai semangat "kekitaan" keterlaluan. Mereka berpolitik secara kebudak-budakan, mencaci sana, menghina sini.

Saya impikan pendokong Gerakan Islam yang berjiwa besar, menerima perbezaan pendapat dengan hati yang terbuka, menghormati pihak yang tidak sehaluan, dan merasa bertanggungjawab terhadap umat sebagai da'ie dan pendakwah. Saya impikan pendokong Gerakan Islam yang tidak bertindak berlandaskan emosi, tapi bertindak berlandaskan ilmu dan taqwa kepada Allah. Saya impikan pendokong Gerakan islam yang berpengetahuan tinggi, bukan sahaja dalam bidang ugama, tapi juga dalam bidang ilmu keduniaan.

Kita melawan Gerakan nasionalisme kebangsaan bukan kerana kita bencikan mereka, tapi kerana kita sayangkan mereka dan mahukan mereka berubah. Kita seumpama ayah yang memukul anaknya, bukan kerana bencikan anak tersebut tapi kerana terlalu sayangkannya.Kita seumpama seorang dewasa yang sedang bersabar dengan karenah anak kecil (UMNO) yang keras kepala, meronta-ronta meminta aiskrim. Ya, kita turuti permainan mereka, tapi padamasa yang sama senyum melihat karenah kejahilan mereka terhadap ugama mereka sendiri dan berasa bertanggungjawab untuk merubah mereka. Kita adalah orang yang mulia, orang yang "enlighten", sementara mereka adalah orang-orang jahiliyyah.

Ayuh teman-teman, tingkatkan amalan, masuk ke dalam masyarakat, santuni umat dengan senyum tapi penuh berstrategi. Dalami ilmu, pelajari pelbagai bahasa (inggeris, mandarin, kantonis, jerman, french, arab), tingkatkan pendapatan. Kita nak pendokong gerakan Islam PAS yang kaya raya, kuat fizikal, bergaya, bergraduan dari Oxford Universiti, berkarisma, kedepan. Kita taknak pendokong Gerakan Islam PAS yang bergraduasi dari pondok (with all due respect), miskin, kurus keding, hanya tahu memakai serban tapi janggal bertali leher, dan terkebelakang.

Sunday, May 20, 2012

Perbetulkan Niat

Teman-teman sekalian,

Baru-baru ni saya ada menaiki teksi ke tempat kerja (okay...okay, saya mengaku agak terlambat sampai ke ofis hari itu). Pemandu teksi tersebut rupa-rupanya seorang penyokong tegar PR. berdegar-degar dia cakap dengan saya. hujjah-hujjah beliau kebanykannya berkisar tentang isu ekonomi, urus tadbir kerajaan, dan keadaan sosial negara. Mendengarnya, saya menjadi risau dan takut? Kenapakah saya menjadi risau pula? Tidakkah saya sepatutnya menjadi gembira berada di samping penyokong tegar PR?

Saudara-saudara sekalian,
Saya sering menjadi risau berhadapan dengan "penyokong tegar" PAS, terutamanya dari kalangan anak muda. Mereka ini majoritinya menyokong PAS samada kerana taqlid (ikut-ikutan) atau kerana sebab yang salah. Kenapa sokong PAS? Owh...kerana sokong PAS menjadi trend di IPTA tempat saya study. Kenapa sokong PAS? Owh, kerana ayah saya kuat PAS di kampung. Kenapa sokong PAS? Kerana sokong PAS "cool", boleh berdemonstrasi menjadi hero di Dataran Merdeka. Kenapa sokong PAS? Kerana hanrga bawang naik 20 sen. Kenapa sokong PAS? Owh, kerana harga gula telah naik 5 sen. Kenapa sokong PAS? Kerana subsidi minyak dikurangkan 3 sen. Kenapa sokong PAS? Kerana kos hidup semakin meningkat. Ini bukanlah sebab utama kita menyokong PAS.

Jika kita sokong PAS kerana harga bawang naik 20 sen, apakah kita akan terus menyokong PAS setelah harga bawang diturunkan 30 sen oleh UMNO? Jika kita sokong PAS kerana hak berpolitik mahasiswa ditekan, apakah kita akan terus menyokong PAS setelah AUKU dihapuskan oleh UMNO? Jika kita sokong PAS sebab kezaliman ISA, apakah kita akan terus menyokong PAS setelah ISA dihapuskan oleh UMNO? Jika kita sokong PAS kerana harga minyak naik 3 sen, apakah kita akan terus menyokong PAS setelah harga minyak diturunkan 10 sen? Teman-teman semua, KENAPA SEBENARNYA KITA SOKONG PAS?

Sahabat-sahabat,
Kita sokong PAS bukan kerana harga bawang. Kita sokong PAS bukan kerana ISA. Kita sokong PAS bukan kerana AUKU. Kita sokong PAS bukan kerana ekonomi negara meleset.Kita sokong PAS bukan kerana ayah kita orang kuat PAS di kampung. Habis tu, kita sokong PAS kenapa? Kita sokong PAS hanya senya kerana Islam. Jika pada hari esok UMNO menurunkan harga gula dan minyak, menghapuskan ISA dan AUKU, menaikkan gaji kakitangan awam 100%, menghapuskan rasuah 100%, menjalankan tadbir urus terbaik, kita akan tetap sokong PAS. Kenapa? Kerana Islam.

Kita hanya akan menyokong UMNO jika sistem-sistem hidup Islam telah dilaksanakan sepenuhnya (atau sekurang-kurangnya ternampak usaha dan kesungguhan untuk melaksanakannya). Walaupun harga bawang naik, walaupun harga minyak naik, walaupun ekonomi meleset, kita akan terus menyokong UMNO, asalkan sistem hidup Islam mahu disaulatkan oleh UMNO, tiada masalah.

Sebab itu, syarat untuk muzakarah hanya satu, buka minda untuk menerima Islam sebagai asas pemerintahan negara. Itu sahaja syaratnya.

Saturday, May 19, 2012

Hurray Chelsea F.C 2012

It was a massive game, massive win for Chelsea F.C at Munchen's UCL final last night

Well done to the lads. They showed character, determination, and patience to pull this one away.

Greece

Teman-teman yang saya kasihi,

Hari ini saya mahu bercakap tentang Negara Greece. Tidak, saya bukan mahu bercakap tentang tempat-tempat pelancongan menarik di sana. Saya juga bukan ingin bercakap tentang makanan tradisional Greece. Tapi saya mahu bercakap tentang perihal ekonomi dan politik negara tersebut sekarang.

Apa yang anda tahu tentang Greece? Greece adalah sebuah negara yang terletak di benua eropah dan menganggotai kumpulan bersatu Eropah, atau EU yang turut dianggotai oleh sebilangan negara-negara maju di benua tersebut untuk membentuk satu pasaran yang besar dengan menggunakan satu matawang dan legal framework yang sama. Indahnya kesatuan tersebut darai segi ekonomi. bayangkan, barangan dan modal boleh menyeberangi satu negara berdaulat kepada satu lagi negara berdaulat tanpa sekatan undang-undang.

Baru-baru ini, lanjutan dari krisis sub-prima di Amerika Syarikat, negara-negara Eropah turut terjejas. Antara negara yang paling teruk terjejas adalah England. Di antara negara-negara EU, terdapat beberapa negara yanag mempunyai simtom-simtom penyakit yang sama sepertimana Amerika Syarikat. Negara-negara tersebut adalah, di antaranya adalah Portugal, Sepanyol, Ireland, dan yang paling teruk, Greece. Apa yang menyebabkan negaraa-negara ini berada dalam keadaan deep shit sebegini? Kerana hutang. Kerana sifata tamak manusia yang ingin hidup melebihi kemampuan. Negara -negara ini berhutang untuk menampung kemajuan ekonomi mereka dan apabila terjadinya krisis sub-prime di Amerika Syarikat, mereka ini terdedah kepada berbilion euro kerugian apabila pelaburan beracun yang mereka laburkan hangus bgitu saja. Diberitakan, EU telah membelanjakan lebih 100 bilion euro untuk membailout Greece. Hutang Greece kini melebihi 100% dari GDPnya (!) dan unemployment bagi golongan pemuda meningkat ke paras 21% (!). bayangkan apa akan terjadi?

Negara-negara sahabat mereka dalam kumpulan EU telah bercakap untuk mengeluarkan Greece dari kumpulan EU bagi mengelakkan krisis Greece menjunamkan lagi nilai matawang euro. Namun, yang menjadi masalah adalah pengeluaran Greece dari zon EU akan mengakibatkan keadaan anggota-anggota lain di dalam zon euro menjadi lebih parah - Sepanyol, Portugal, Italy, Ireland kerana bank-bank di sana memegang banya hutang dari Greece. "Grexit" tidak akan menyelesaikan masalah. Saya dengar kini rakyat Greece telah beramai-ramai berpusu-pusu ke bank dan mesin-mesin ATM untuk mengeluarkan euro mereka dan menyimpan tunai mereka di rumah sebagai persediaan jika benar Greece ditendang keluar dari zzon euro. Kini bank di Greece semuanya kehabisan tunai. Kering. Di sini saya lihatr betapa pentinbgnya peranan bank dan institusi kewangan laiin berfiungsi sebagai "intermediaries" - orang tengah dalam memindahkan modal dari satu pihak kepada satu pihak yang lain. Bank membolehkan perniagaan ditubuhkan dan ekonomi bergerak. Sekarang, apa akan terjadi jika semua orang, pada masa yanag sama, mengeluarkana wang mereka dari bank? Bank yang kaya raya tadi akan mulfunction. Krsisi perbankan ini akan merebak kepada krisis ekonomi secara menyeluruh. Krisis Greece bermula daeri kesilapan pihak bank (dan rating agencies dan penggubal undang-undang) yang "berjudi" dengan wang para pendeposit mereka dengan membeli collateral beracun dari luar negara, i.e. Amerika Syarikat.

Apa lagi yang kita boleh ramailkan akan berlaku di Greece? Yes, tepat sekali - krisis kepimpinan. Krisis ekonomi telah menyebabkabn krisis kepimpinan. Pemimpin yang baru dilantik oleh Greece dalam pilihanraya Mei, telah meletakkan jawatan. Kini, Greece menanti pilihanraya baru, diberitakan akan dilaksanakan pada awal Jun. Penubuhan sebuah kerajaan yang bermandat amat penting bagi Greece dan bagi sleuruh warga EU untuk rundingan ekonomi diteruskan di peringkat serantau. Perkara yang amat penting bagi Greece kini bagi saya adalah a strong leader. Greece perklukan seorang pemimpin yang kuat, yang mampu membuat keputusan besar dalam masa yang sukar sebegini.

Adalah amat menarik untuk melihat perkembangan seterusnya di zon euro. Adalah Greece akan ditendang atau pemimpin-pemimpin eu yang lain akan terus mendisiplinkan sistem ekonomi Greece untuk mengekalkan Greece ke dalam zon euro?

Wednesday, May 16, 2012

Menangani Kepelbagaian Pendekatan Gerakan Islam di Malaysia

Pengikut-pengikut Blog saya yang diingati,

Di Malaysia, kita punyai banyak Gerakan Islam, alhamdulillah. Gerakan Islam di Malaysia bukan hanya PAS, tapi kita ada banyak lagi gerakan-gerakan islam yang lain. Di arena politik, kita ada PAS. Di arena tazkirah, kita ada Jamaah Tabligh. Di arena pendidikan Islam, kita ada ABIM. Di arena dakwah, kita ada PERKIM. Di arena sosial Islam, kita ada JIM. Kesemua ini adalah Gerakan Islam, iaitu sebuah gerakan yang ingin memperjuangkan sistem hidup Islam.

Dan setiap Gerakan Islam di atas mempunyai pemahaman dan kaedah mereka sendiri bagaimana Islam harus ditegakkan. PAS misalnya berpandangan, Islam yang syumul boleh ditegakkan melalui platform politik yang memungkinkan keseluruhan sistem-sistem hidup Islam dilaksanakan secara menyeluruh dengan adanya kuasa politik. Jamaah Tabligh pula berpandangan perjuangan politik tak begitu penting, yang lebih penting adalah tarbiyah kepada unit-unit kecil individu-individu muslim. Jika semua individu berjaya ditarbiyah, maka dengan sendiri seluruh negara akan tertarbiyah dan Negara Islam tertubuh dengan sendirinya. ABIM juga punyai kaedah dan pendekatannya sendiri, JIM juga begitu, PERKIM juga begitu. Masing-masing berbeza cara, kaedah, falsafah, pendekatan masing-masing.

Bagi saya, perbezaan pendekatan antara gerakan-gerakan islam bukanlah suatu isu besar. Kita semua adalah "pekerja" Islam dengan tugas masing-masing. Masing-masing perlu buat kerja masing-masing. Yang penting, kita jangan khianati rakan gerakan islam kita yang lain.

Saya nak sentuh sedikit sedikit isu berkaitan dengan perbezaan peranan antara gerakan-gerakan islam ini. Seharusnya setiap gerakan islam di atas menghormati peranan masing-masing. Contohnya begini. ABIM, sebuah Gerakan Islam bertaraf NGO dan sangat aktif dalam bidang Sistem Pendidikan Islam. Disebabkan tarafnya sebagai NGO, maka ABIM perlu mempunyai hubungan yang kuat dengan pemerintah - UMNO. Maka untuk itu, ABIM perlu mendekatkan dirinya dengan UMNO, jemput Y. Bhg. Dato' Najib rasmikan acaranya, mohon dana dari UMNO, dan sebagainya. Apabila begitu, janganlah PAS pula menuduh "Owh, ABIM ni jahat, ABIM sokong sekularisme, ABIM agensi UMNO". Jangan! Kita sesama Gerakan Islam perlu menghormati peranan masing-masing. ABIM, sebagai sebuah NGO yang mempromosi sistem pendidikan islam, dalam kerja dakwahnya mereka perlu dekat dengan pemerintah, maka PAS kena hormat. Jangan terus menuduh melulu "ABIM hamba UMNO". Begitu jugalah sebaliknya. ABIM, walaupun rapat dengan UMNO, minta bantuan kewangan dengan UMNO, tapi setiba waktu mengundi, janganlah pula memangkah UMNO pula. Memangkah UMNO seumpama meredhai ideologi nasionalisme kebangsaan yang dianuti UMNO. Oleh itu, kita perlu menghormati peranan masing-masing dan pada masa yang sama, kekal pada objektif yang sama, iaitu memartabatkan Islam.

Kesemua gerakan-gerakan islam ini adalah merupakan satu pasukan. Mereka dalam satu kapal. Matlamat mereka sama, cuma pendekatan masing-masing berbeza.

Wednesday, May 9, 2012

Ad-Deen and Citizenship (Kedua)

(Tulisan ini hendaklah dibaca selepas anda membaca tulisan awal saya, Ad-Deen and Citizenship)

Saudara-saudara pembaca blog saya yang sangat setia,

Di dalam artikelnya di akhbar The Sun tersebut, Dr. Chandra Muzaffar menulis satu tulisan yang membawa maksud perlaksanaan Islam secara syumul akan menimbulkan konflik di kalangan masyarakat non-muslim di mana masyarakat non-muslim akan berasa ditekan secara halus dan tidak adil agar menerima Islam. Dr. Muzaffar dengan kata lain, ingin berkata perlaksanaan Islam secara syumul akan mengganggu keharmonian antara ugama yang kita kecapi selama ini. Atau, dengan lebih terang lagi, Dr. Chandra cuba berkata perlaksanaan Islam secara syumul adalah tidak sesuai dilaksanakan di sebuah negara ebrbilang agama seperti Malaysia. Jika saya tersalah membuat telahan, minta diperbetulkan.

Di sini saya ingin bercakap sedikit berkenaan dengan ugama saya, iaitu Islam. Sebenarnya tentu ramai yang berfikir bahawa Islam diturunkan untuk kesejahteraan orang Islam, kan? Sebenarnya, itu adalah satu pemahaman yang salah. Islam sebenarnya diturunkan untuk kesejahteraan semua manusia, tak kira muslim, kristien, buddhist atau athiest!

Sistem-sistem hidup acuan Islam sesuai untuk semua manusia, tak kira apapun agama mereka. Ah Chong, misalnya, mendapati sistem ekonomi Islam amat baik untuk bisnesnya kerana dalam konteks perbankan Islam beliau mendapati kadar pinjaman yang tetap setiap bulan amat memudahkannya untuk merancang bajet perniagaan. Beliau menerima sistem ekonomi Islam tapi menolak sistem ibadah Islam/ketuhanan islam....tiada masalah di situ. Muthu, mendapati sistem perundangan Islam (Hudud) amat baik sekali. Beliau merasa selamat berada di dalam jagaan Hudud, keluarganya selamat, perniagaannya selamat, serta hartanya selamat. Muthu menerima Sistem perundangan Islam (Hudud) tapi menolak sistem ibadah Islam/ketuhanan islam....tiada masalah di situ. Stevens, seorang penganut ugama Kristien. Stevens menerima Sistem Pendidikan Islam kerana beliau mendapati sistem pendidikan islam mengiktiraf bakat smeulajadi seseorang manusia yang nurture bakat tersebut untuk kebaikan manusia. Stevens menerima sistem pendidikan islam tapi beliau menolak sistem ibadah islam/ketuhanan islam...tiada masalah di situ. Hak untuk menerima Islam sebagai sistem ibadah, adalah hak individu tersebut. Hidayah adalah dari Allah, tugas kita hanyalah dakwah. Dia nak terima atau taknak terima, itu bukan masalah kita.

Stevens, Muthu, dan Ah Chong - mereka ini semua menerima sistem-sistem hidup Islam yang lain, mereka cuma menolak ketuhanan Islam sahaja ....dan Islam mengiktiraf hak mereka untuk memilih. Tiada sebarang masalah atau konflik sebagaimana yang didakwa oleh Dr. Chandra Muzaffar.

Sistem hidup islam adalah sesuai untuk setiap manusia tanpa mengira ugama kerana sifat Islam itu adalah fitrah. islam adalah ugama fitrah yang sesuai dengan kehendak semulajadi manusia. Sistem hidup Islam sesuai dengan Stevens, sesuai dengan Ah Chong, dan juga sesuai dengan Muthu. Soal mereka mahu terima Allah sebagai Tuhan atau tidak, itu bukan masalah kita. Hidayah hanyalah dari Allah, tugas kita hanya dakwah.

Dak dek kerana ini jugalah, tiada sebarang masalah bagi sesebuah Gerakan Islam seperti PAS untuk meletakkan calon non-muslim sebagai calon dalam pilihanraya. Hendak jadi calon pilihanraya PAS, seseorang itu mestilah menerima sistem hidup Islam. Jika seorang Hindu mahu menjadi calon pilihanraya PAS, beliau seharusnya menerima Sistem perundangan Islam - Sistem Pendidikan islam - Sistem Ekonomi Islam - Sistem Sosial Islam dan menganggap sistem-sistem hidup acuan Islam ini adalah yang terbaik berbanding sistem-sistem hidup acuan sekularisme atau nasionalisme kebangsaan. Soal dia nak terima Allah sebagai Tuhan, itu adalah hak beliau kerana hidayah hanya datang dari Allah.

Ad-Deen and Citizenship

Saudara pembaca blog saya yang sangat disayangi,

Tajuk di atas adalah satu tajuk kecil yang disiarkan di dalam akhbar The Sun, keluaran 10 May 2012, tulisan Dr. Chandra Muzaffar, mantan Timbalan Presiden (atau Naib Presiden?) Parti PKR.

Di dalam kolumnya itu, Dr. Muzaffar menulis tentang Islam sebagai satu cara hidup. Beliau mengakui bahawa Islam itu bukan hanya satu ugama, tapi merupakan satu cara hidup. Dan beliau berpendapat, tafisran terhadap perkataan "cara hidup Islam" adalah pelbagai di dalangan rakyat Malaysia. Ada rakyat yang menafsirkan "cara hidup Islam" sebagai solat, puasa, zakat dan Haji. Ada pula rakyat Malaysia yang menafsirkan "cara hidup Islam" sebagai bukan sahaja merangkumi solat dan puasa, tapi turut merangkumi sistem-sistem hidup yang lain juga. Dr. Muzaffar menerangkan bahawa penafsiran yang berbeza ini sangat dipengaruhi oleh golongan "ulama'" yang sangat berkuasa membentuk bentuk pemikiran rakyat di Malaysia, menurut pandangan Dr. Muzaffar. Lantas Dr. Muzaffar seakan mengkritik golongan ulama' yang terlalu ketat menfasirkan makna "cara hidup Islam" ini dengan alasan, tafisran ketat mereka telah menyebabkan gangguan terhadap kerukunan kenegaraan di Malaysia. Tafsiran ketat di sini membawa maksud, menekankan Islam sebagai WAJIB memperjuangkan/memaksakan perlaksanaan hukum-hukum Islam (sistem pendidikan Islam, sistem hiburan Islam, sistem perundangan Islam, dll) terhadap seluruh rakyat Malaysia dengan tidak memberi ruang kepada alternatif-alternatif sistem-sistem hidup tafsiran idelogi yang lain.

Dr. Muzaffar kemudiannya menekankan bahawa perjuangan ulama'-ulama' yang konservatif dan ortodoks ini telah menyebabkan "gangguan" terhadap kerukunan bermasyarakat di Malaysia yang bebrilang ugama, kaum, dan budaya. Beliau berkata perlaksanaan Islam secara total dan ketat akan menekan masyarakat non-muslim sehingga memaksa mereka menerima Islam (politically and marginally press the non-muslim society into accepting Islam as a religion).

Kenyataan Dr. Muzaffar ini mengingatkan saya terhadap satu diskusi yang pernah saya buat dengan seorang pastor Kristien. Beliau berhujjah bahawa Nabi Muhammad s.a.w bukanlah seorang Nabi, tapi hanya merupakan seorang pemimpun politik yang pintar. Beliau berkata Rasulullah telah mempengaruhi masyarakat arab di Madinah ketika awal hijrah untuk marginalised kaum Yahudi yang menguasai ekonomi Madinah ketika itu. Beliau berkata lagi, Rasulullah telah menggunakan semangat kearaban baginda (assobiyyah) untuk mendapatkan sokongan arab-arab badwi dan menyatukan mereka lantas memperkenalkan ugama baru (Islam) di Madinah. Masyarakat Yahudi, walaupun tidak dipaksa untuk memeluk Islam secara langsung, namun mereka ditekan secara politik di marginalisedkan, dan akhirnya mereka ini terpaksa samada memeluk Islam atau keluar dari Madinah. Begitulah kata pastor Kristien yang berhujjah dengan saya tersebut. Kata-kata Dr. Muzaffar di atas mengingatkan saya tentang sesi penghujahan saya dengan pastor tersebut.

Tulisan Dr. Muzaffar tersebut menunjukkan kejahilan beliau terhadap ugama beliau sendiri, Islam. Tulisan beliau menunjukkan beliau jahil sekali apa maknanya "Negara Islam" dan bagaimana bentuknya "Negara Islam" itu. Beliau menjangkakan "Negara Islam" adalah sebuah "negara Taliban" di mana semua warganya dipaksa mengikut norma bermaysrakat yang dikawal ketat oleh ugama. beliau menfasirkan "Negara Islam" sebagai sebuah negara teokrasi yang menolak kreativiti individu, menolak perbezaan pendapat, menolak kebebasan bersuara, sebuah negara pengintip yang memasang alat-alat intipan merata tempat, dan sebuah negara yang berperdana menterikan para Mullah dan Rabbi yang wajib ditaati seperti Tuhan.

Kamu ketinggalan sampan wahai Dr. Chandra Muzaffar!

Satu Tulisan Untuk Memberikan Pemahaman

Saudara-saudara yang saya kasihi kesemuanya,

Kita semua hidup dalam sistem. Semasa kita masih baby, kita hidup dalam sistem kekeluargaan. Semasa kita dah besar sikit dan mula bersekolah, kita tertakluk kepada sistem pendidikan. Bila dah besar, dah habis belajar di Universiti, dan mula bekerja, kita tertakluk kepada sistem ekonomi pula. Bila dah kaya sikit, kita kahwin ngn anak dara orang, lantas kita tertakluk kepada sistem kekeluargaan (munakahat). Bila dah ada isteri, anak, maka kita cari tempat tinggal, duduk di kawasan kejiranan, maka kita tertakluk kepada sistem sosial masyarakat pula. Kseluruhan hidup kita itu pula, tertakluk kepada undang-undang dan peraturan tertentu - undang-undang jalan raya (Akta JPJ), undang-undang pekerjaan (Akta Pekerjaan), undang-undang berniaga (Akta Syarikat), dan banyak lagi, maka kita tertakluk kepada sistem perundangan. Nampak tak? Hidup kita ni, sejak dari awal kita lahir hinggalah kita meninggalkan dunia ni keseluruhannya adalah tertakluk kepada sistem-sistem hidup tertentu.

Sistem-sistem hidup ini pula adalah berbeza mengikut ideologi yang kita anuti. Jika kita seorang komunis, maka komunisme mempunyai sistem-sistem hidup berdasarkan acuannya sendiri. Jika anda seorang sekularis, maka sekularisme mempunyai set sistem-sistem hidup berdasarkan acuannya sendiri. Jika anda seorang nasionalis, maka nasionalisme kebangsaan mempunyai sistem-sistem hidup berdasarkan acuannya sendiri. Dan jika anda seorang muslim, maka Islam juga mempunyai sistem-sistem hidup berdasarkan acuannya sendiri juga. Kesemua sistem-sistem hidup ini adalah berbeza mengikut idelogi-ideologi di atas.

Islam mempunyai sistem-sistem hidup mengikut acuannya sendiri. Sistem hidup mengikut acuan Islam adalah tidak sama dengan sistem hidup acuan sekularisme. Contohnya, sistem perundangan Islam adalah berbeza dengan sistem perundangan sekularisme. Oleh itu, dalam banyak-banyak sistem hidup nie, kita nak pilih sistem hidup acuan yang mana satu?

Oleh kerana kita adalah seorang muslim, maka kita perlu memilih sistem-sistem hidup mengikut acuan Islam. Tidak boleh tidak. Mengucap dua alimah syahadah bermakna kita faham tuntutan ugama sehingga kita sanggup menjadi saksi akan keesaan Allah dan ajaran Nabi Muhammad. Jika kita taknak mengikut aturan hidup (sistem hidup) acuan Islam, maka buat apa kita bersaksi jika kita sendiri tak yakin dengan sistem itu?

Sekularisme jelas haramnya kerana sekularisme mengajar kita agar mengasing-asingkan ugama. Jelas. Namun sekarang, umat menghadapi cabaran baru yang tidak begitu jelas dan agak kabur, iaitu ideologi nasionalisme kebangsaan. Ideologi nasionalisme kebangsaan menerima Islam sebagai ugama. Ideologi ini juga menerima sesetengah sistem hidup islam yang lain seperti munakahat, muamalat (ekonomi), dan hiburan Islam. Namun pada masa yang sama, idelogi ini tetap menetapkan kebangsaan sebagai fokal pemerintahannya. Sistem hidup islam yang diterimanya adalah sebagai "alternatif" kepada sistem-sistem hidup lain yang sedia ada.

Islam menetapkan kita menerima sistem hidup acuan Islam secara syumul/komprehensif/menyeluruh dan diletakkan sebagai sistem perdana (bukan sebagai sistem alternatif) di sesebuah negara. Itu pertama. Yang keduanya, di samping Islam mahukan sistem hidupnya diletakkan secara syumul dan perdana, Islam juga menetapkan agar kepimpinan juga diserahkan kepada Islam, bukannya kepada nasionalis yang simpatisan kepada Islam. Islam nak sistemnya digunapakai dan kepimpinan juga diserahkan kepada Islam, 100%.

Di Malaysia, kepimpinan dimiliki oleh para nasionalis yang simpati terhadap Islam. Mereka tidak memeluk (dalam erti kata peluk) Islam secara rohnya, tapi menerima secara adat dan budaya. Namun, disebabkan mereka ini muslim, mereka juga memperkenalkan sistem-sistem hidup Islam seperti sistem hiburan Islam (Raihan, Rabbani, etc), Sistem ekonomi Islam (Ar-Rahnu, Bank Islam, etc.), Sistem pendidikan Islam (KAFA, JQAF, etc.). Penerimaan mereka terhadap sesetengah sistem hidup islam ini bukanlah dibuat di atas dasar iman dan tanggungjawab terhadap ugama, tapi dibuat disebabkan samada tuntutan politik atau simpati semata-mata. Mereka masih lagi memegang ideologi kapitalisme dalam berekonomi, masih lagi percaya kepada ideologi hedonisme dalam berhibur.

Kita mahukan Negara Islam dari segi roh dan juga fizikalnya, kedua-duanya sekali. Sistem pun sistem Islam, pemerintahnya pun pemerintah Islam yang faham Islam, beriman dengannya, dan beramal dengannya dengan penuh iltizam.

Kawan Saya Jamal

Pembaca Blog yang saya hormati sekalian,

Saya ada seorang kawan. Nama kawan saya adalah Jamal. Dulu, semasa di kampus, Jamal adalah salah seorang pemimpin Gerakan Pelajar yang sangat aktif. Corak pemikiran beliau adalah 100% PAS semasa itu. Beliau menyokong PAS bukan kerana ta'asub atau membabi buta (taqlud), tapi beliau menyokong PAS kerana faham.

Baru-baru ini saya berjumpa kembali dengan Jamal. Jamal dah seaktif dulu. Malah, beliau tidak lagi menyokong PAS. Tapi beliau tak pula sokong UMNO. Beliau menyendiri, tak aktif, tak bersemangat seperti dulu. Kenapa ngn ko Jamal?

Jamal kata semasa di kolej, beliau begitu berpegang teguh dengan idealisme PAS. Beliau kenal PAS sebagaimana beliau kenal Islam. Tapi bila dia habis belajar dan bergraduasi dan bercampur dengan pendokong PAS di dunia sebenar, pandangan Jamal terhadap PAS telah berubah. Jamal berkecimpung dengan pendokong PAS di kampung yang cetek ilmu tapi kuat semangat, lalu Jamal kenal PAS ni kuat mencaci/menghina orang dan suka bergocoh. Jamal berkecimpung dengan pendokong PAS di peringkat negeri, lalu Jamal kenal PAS ni kuat politiking, kurang tarbiyah dan dakwah. Jamal berkecimpung dengan YB-YB PAS, lalu Jamal kenal PAS ni tiada integriti, suka buat claim palsu. Pandangan Jamal terhadap PAS dah berubah, tak macam dulu.

Saudara-saudara semua,
Teruk kan kawan saya Jamal ni? Sebenarnya ini adalah pengalaman yang saya rasa semua dari kita pernah dengar. Pendokong Gerakan Islam ni, pelbagai latarbelakangnya. Ada yang membawa teksi, dia suka Islam tapi ilmu tiada, lalu dia sokong PAS. Ada yang kerja kampung, sekolah sampai tingkatan 3, tapi dekat dengan suaru dan berminat dengan politik, lalu dia sokong PAS. Ada yang belajar sampai universiti, kerja kat KL sebagai Eksekutif Perakaunan, kekadang tetringgal solat sebab sibuk, tapi suka kepada program-program islamik, lalu dia sokong PAS. Ada pula yang belajar ugama, istiqamah dengan ugama, faham ugama, lalu dia sokong PAS. Ada juga yang bergelar profesor fizik, dalam ilmunya, cintakan Islam, lalu dia sokong PAS. Penyokong dan simpatisan PAS ni pelbagai jenis. Ada yang baik, ada yang tak berapa baik, ada yang sangat baik, ada yang biasa-biasa aje baiknya.

Lalu mengharapkan kesemua pendokong PAS yang pelbagai latarbelakang ini menjadi baik semuanya, adalah tidak adil sama sekali. Kita kena realistik dan tidak terlalu idealistik. Di sinilah tugas kita sebagai da'ie, mentarbiyah sahabat, memanggil sahabat dan mengajak sahabat kita agar menjadi baik semuanya. Islam ni ugama dakwah. Dia nak semua orang jadi baik.

Kepada Saudara Jamal,
Taknak sokong PAS tak mengapa. Yang penting Jamal jadi orang baik. Kalau Jamal tidak percaya kepada jalan politik sebagai wadah perjuangan, tak mengapa. Teruskan dengan cara Jamal. Kita semua satu kapal, satu team. Jamal dengan cara Tabligh Jamal, saya dengan cara politik saya. Masing-masing bantu membantu memenangkan Islam.

Jangan pula semasa pilihanraya Jamal pangkah dacing pula. Tabligh apa camtu, sokong sekularisme, kezaliman!

The Paradox Of Economy

Dear My Blog Followers,

I still remember during my MBA class, one of our Professor thought us on the topic of the economics of productivity. Along the way during his class, he kept mumbling about the enormous population of India and how that can be translated into future growth. He relate population with growth opportunities. Well, we all did wondered why is this guy keep positively mumbling about India, the capacity of India and what not and didn't even mentioned China as a matter of fact. Later we found out that he IS from India and an Indian National (that's explained his weird accent). Today, I want to talk about "Volume" and the paradox of it.

If you are a business owner, you would like to expand your sales internationally, because you want to increase your market share, moreover if your local market is small, like Malaysia. But in the other hand, if you're a government, you would want to increase your local market and do not really rely very much on international market. Why is it like that my friends?

Malaysia is a small country with population about 28 million people. Business cannot grow if they relied solely on local market due to its' size. Business will grow if you increase your sales. And sales will grow if you increase your market. But the international market is volatile and contagious as well. Moreover, it's more expensive to invest overseas. Because of that, local market plays an important role for the stability of a country's overall economy. China and India has lots of capacity because their local market are big. They do not have to depend to the U.S market that has shown its vulnerability during the sub-prime crisis. That's why Y. Bhg. Tun Mahathir once has promoted Malaysians to have more children per household. A bigger population is better for Malaysia.

But a bigger populations will need a bigger and better infrastructure. Infrastructure is not cheap these days. Good infrastructure is crucial to bring the economy towards a knowledge-based economy. Without infrastructure, talents will not coming and capital will not be flowing in.

I would like to take China as a good example. China has a population of about 1.34 bilion as at 2011 (wow!). China has a lot of capacity due to its big local market. FDI will come, solely because of its big population. And it's company can grow just by selling to its own Chinese natives. And of course, along the way, FDI will be flowing in to capture its enormous markets, hence creating job opportunities and keep unemployment rate low. During the earlier stage when they are reaping profit from the low Yuan value, the Chinese government invest heavily on human capital and infrastructure....how clever they are! They send Chinese government officers to attend highly respected Leadership Program from Harvard and other well respected western universities, fully sponsored, for free. They invest in infrastructure, building roads, high-speed trains, telecommunication, and IT. And now, they are well prepared for the knowledge-based economy bandwagon.

Malaysia, on the other hand, are stuck in the middle between Marketing based economy and knowledge based economy. We want to move our economy to a knowldege based, but we do not have enough talents. At the same time, we cannot stay in our current position as we are losing competitiveness due to the increase of labor cost. And our local market is small. Waaaa.....that's sounds deep shit isn't?

Indonesia is coming very strong. They are politically stable under the leadership of Mr. Susilo Bambang Yudhiyono and steps are being taken to eliminate bribery in the government agencies. And, the plus point is, their local market is big, very big. Their population is about 237 milion. Vietnam is also developing very fast. They took a very liberal approach in the management of the economy. FDI is coming in a very higher speed as the government willing to listen to every demand from the investor. They even give land for free there. Bangladesh, just fresh coming out from political havocs of civil war. Their population is 142 milion and their labor is very cheap. These are all competitors for Malaysia, just to name a few.

In this junction, I view the introduction of New Economic Model (Model Baru Ekonomi) is very crucial to move our economy to the next value chain. The only problems we had is time. Investments in human capital will need time.

Tuesday, May 8, 2012

The Economic Continuum and Its Effect on Malaysia

My Respected Blog Readers,

The world economy has develop so much in the past two centuries, mainly due to the technological advances creation.

Previously, the orientation of the world economy is on agriculture-based, self sufficient economy. The world trade are minimum, and if there are any, the majority of it comnes from the agriculture or agriculture-based products.

Then, due to advances in the engineering know-how, the orientation of the world economy started to shift towards Production-Based Economy, where manucaturing companies, particularly from the western hemisfera of the world started to produce myriad of consumer products for the world. The demand for these consumer products, including electrical, automobile, and textile products exceed those supplies and it just a matter of creating an efficient manufacturing operation. There's not many hassles in selling those products and there are less competitors around at that time.

Starting in the 1970s, the orientation of the world economy shifted, again. The world economy shifted, from Production-based to Marketing-Based Economy where the focus is not only in establishing an efficient manufacturing operation for productivity purpose, but the focus has shifted towards Branding, Marketing, Supply-Chain, and Selling programms. During these period did marketing companies gained popularity and becoming influential in the business worlds. Company cannot no more just depending on a solid engineering know-how, but they must master savvy marketing plans to capture more market share. This happens as the manufacturing base becoming more and more mature and the competition is much more stiffer as compared to during the old days.

In the period of 1980s and 1990s, the orientation of the world economy agin takes place, some said for the last time. This time, it shift, from agriculture-based, to production-based, to marketing-based, and now towards, Knowledge-Based Economy where the focus is towards value-creation, innovation, and creativity to drive a company and impose a premium price and hence gain more profit. Last few years, I've read a book titled "Little Knowledge Is A Dangerous Thing" where the writer wrote about a changing environment of the economy and how knowledge will be the next power in leading a person/company/country.

But this Knowledge-Based-Economy do have its own weakness. For the purpose of creating more values, the political leaders are championing what they called "deregulating to encourage creativity and innovation". They campagning on liberal approaches, on free-trades, on deregulations. They asked for more freedom to do business, and picture themselves as "the new generation" as opposed to the "old guards" that believes in tight regulation and centralized approach. And the world economy adhere. Laws are abolished, guidelines are withdrawn, and procedures are relaxed. The effects are eventually disastrous. In 2007-2008, the U.S economy nearly titally collapsed. And the U.S recession has infected the whole world economy afterwards, in which the E.U countries were the most effected. What had happens started with a bunch of smart people in the U.S trying to create "value" in the financial sector by creating toxic financial instruments by manipulating loans in the property sector in the U.S. These toxic financial instruments are then reflected as assets and profits in the financial statements of those powerful financial institutions/companies. They started to have problems when these toxic financial instruments went bad-debted. The banks gone broke and the financial sector froze. This financial crisis aferwards started to effect the whole economy when the industries are having problems getting loans. Malaysia also are effected as a big chunk of our export depend on the stability of U.S market.

Due to this sub-prime crisis, I would like to add another orientation of the world economy as we gather ourselves to the new decades of this new milleneum. I would call this shift as, Governance-Based-Economy. Yes, the focus will still be on knowledge and research & development, but the emphasis is also will be stronger on de-deregulations and good governence. With good-governence, I means integrity, transparency, the adherence to the rule of law, and ethics.

You see.... my friends, integrity is such a strong word. Integrity is not only about bribery or SPRM or the Police Department. Integrity is a lot more than that. Integrity is about telling your boss the true picture without being fear of being punished, being more transparent, having a fair and effective performance evaluation system that promotes the best employees, and about being objective in our approches. And I tell you, it's a lot of things that need to be changed in our systems (economically, politically, socially) if we want to talk about integrity.

Malaysia, for me, we are in the transition between marketing-based economy towards knowledge-based economy. We are matured in the marketing-based economy and should have moved towards knowledge based economy. But we had some problems in this shift. Yes, our infrastructure is ready (some would argue, but I believe we had achieve somewhat encouraging infrastructure in this 21st century), but our human capital resources are not ready. We had not had enough experts particularly in the advance industries such as medical devices, robotics, and pharmaceuticals. We lack that resources to really drive us in the next economic continuum of knowledge-based economy. Our universities are lacking something. I'm not sure whether the sylibus need to be changed or the university-culture need to be changed, but something need to be changed. The quality of our graduates are still not at par with the demand from the industries.

Yes, I agree, the government are doing something to changed this. We had established Talent-Corp to address this human capital issues, and there are talks to re-look at our school's curriculum. But al of this initiatives will need time to be implemented and unfortunately time is not something that we had in our side now. We are relying alot on our natural resources to engine the economy i.e. Petronas which need to be diversified.